Day 65 Prakerin Di Excellent ~ Maaf
Hari ke-65 PKL: Maaf
Hari ini, aku ingin berbagi tentang seseorang yang paling berarti dalam hidupku, seseorang yang menjadi sumber inspirasiku sejak kecil. Seseorang yang, tanpa lelah, selalu berada di sisiku meski dunia sering kali tidak mudah. Dia adalah mamahku, seorang wanita luar biasa yang selalu membuatku merasa bangga, bahagia, kagum, dan terharu—semuanya sekaligus.
Mamahku adalah single parent. Sejak aku duduk di bangku sekolah dasar, aku sudah tahu bahwa mamah harus menjalani hidup dengan tanggung jawab besar, membesarkan dan merawat aku dan abangku sendirian. Tapi yang luar biasa, mamah tidak pernah sekalipun mengeluh. Aku tahu hidupnya tidak mudah, aku sering melihat raut lelah di wajahnya setelah selesai berkerja. Tapi, di tengah kelelahan itu, dia selalu punya waktu untukku. Dia adalah orang yang memastikan bahwa aku tetap bisa mengejar mimpi-mimpiku—meskipun itu berarti dia harus bekerja lebih keras.
Mamah selalu mensupport aku. Sejak aku mulai jatuh cinta pada sepak bola, dia adalah orang pertama yang percaya padaku. Dari kecil, saat anak-anak lain mungkin mendapat dukungan penuh dari kedua orang tua, aku hanya memiliki mamah. Tapi mamah tidak pernah membuatku merasa kurang. Dia mengorbankan banyak hal demi memastikan aku bisa ikut latihan sepak bola, membeli sepatu bola pertama yang sangat aku inginkan, dan bahkan selalu hadir di setiap pertandinganku.
Aku ingat, setiap kali aku merasa lelah atau putus asa, mamah selalu hadir dengan kata-kata yang menenangkanku. Dia berkata, “Jangan pernah menyerah, Nak. Kalau kamu bekerja keras, impianmu akan terwujud.” Kata-kata itu sederhana, tapi bagi seorang anak kecil yang masih belajar tentang kerasnya dunia, itu adalah motivasi terbesar yang membuatku terus bergerak maju.
Namun, seiring berjalannya waktu, aku mulai menyadari bahwa impian untuk menjadi pemain sepak bola profesional semakin terasa sulit. Ada begitu banyak faktor yang membuat jalan itu tidak semudah yang kubayangkan. Persaingan yang ketat, cedera, dan berbagai rintangan lain yang membuat impian yang dulu terasa sangat dekat kini semakin jauh. Aku mulai ragu apakah aku bisa benar-benar mewujudkan cita-cita yang selama ini kita perjuangkan bersama.
Ma, di saat aku menulis ini, aku ingin meminta maaf. Aku tahu mamah telah berjuang begitu keras untuk mendukungku, untuk melihat aku sukses di lapangan hijau, dan aku sangat menghargai setiap usaha itu. Tapi semakin ke sini, aku mulai merasa bahwa mungkin impian itu tidak akan tercapai. Aku tidak ingin mengecewakan mamah, dan aku sangat minta maaf jika pada akhirnya aku tidak bisa menjadi pemain sepak bola profesional seperti yang kita impikan.
Tapi, Ma, meski begitu, aku tidak akan berhenti berusaha. Aku akan mencari jalan lain, sesuatu yang juga bisa membuat mamah bangga dan bahagia. Mungkin jalanku tidak akan di lapangan sepak bola, tapi aku berjanji bahwa aku akan tetap berusaha memberikan yang terbaik, seperti yang mamah selalu ajarkan. Aku ingin mamah tahu bahwa apa pun yang terjadi, kebahagiaan mamah adalah prioritasku, dan aku akan terus berjuang untuk itu.
Aku mungkin tidak bisa menjadi pemain bola seperti yang kita harapkan, tapi aku akan mencari cara lain untuk membalas semua pengorbanan dan cinta yang mamah berikan. Mamah adalah pahlawan yang selalu ada untukku, dan aku akan melakukan apa saja agar mamah tetap bisa tersenyum bangga.
Terima kasih, Ma, untuk semua dukungan dan cinta yang tidak pernah berkurang. Aku sangat bangga memiliki mamah sebagai ibuku. Dan meski impian lamaku mungkin tidak tercapai, aku akan tetap menemukan jalan untuk membuat mamah bahagia. Aku janji.
Hidup lebih lama lagi ya, Mah. Aku sayang mamah, lebih dari apa pun di dunia ini. Sama mamah emang banyak berantemnya tapi kalo nggak sama mamah, aku nggak tahu akan jadi apa aku.


Komentar
Posting Komentar